Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Media Pembelajaran Murah Meriah

Oleh: Nurul Fitri
Guru Bahasa Inggris LBPP LIA Surabaya

PESERTA didik saat ini sangat menuntut guru untuk mengajar lebih kreatif dan tidak membosankan. Karena itu, guru sangat memerlukan metode dan teknik-teknik baru dalam mengajar. Termasuk, mencari media pembelajaran sebagai bagian dari alat bantu mengajar (teaching aids) yang sangat diperlukan.


Saat ini, jenis media pembelajaran kian beragam di pasaran. Para pendidik bisa mudah mendapatkannya di toko-toko buku maupun membelinya melalui internet. Namun, semua fasilitas tersebut memerlukan dana yang tidak sedikit, sehingga sekolah-sekolah yang kurang mampu belum bisa memanfaatkan media tersebut. Atas pertimbangan itulah, guru dituntut lebih kreatif untuk menciptakan dan menemukan media pembelajaran murah.

Di sisi lain, banyak guru yang beranggapan bahwa media pembelajaran tidaklah terlalu penting dalam proses belajar. Ada juga yang menyatakan, membuat media pembelajaran hanyalah membuang waktu dan tenaga. Sebab, yang terpenting adalah cara guru mengajar dan menerangkan pelajaran di kelas. Daripada harus repot-repot membuat media pembelajaran, lebih baik melakukan hal lain yang lebih terlihat urgensinya. Begitu barangkali pendapat sebagian guru yang tidak mau berepot-repot menyiapkan media pembelajaran.

Sebenarnya, bila kita bisa berpikir kreatif, apa pun yang kita temukan di sekitar kita bisa digunakan sebagai media pembelajaran. Guru yang kreatif tidak akan terkungkung oleh pemikiran yang terlalu rigid bahwa media pembelajaran harus dibuat sebagus dan seideal mungkin. Paradigma bahwa media pembelajaran haruslah sedemikian rupa dan sempurna harus dibuang jauh-jauh jika guru ingin maju.

Jika mainan anak dapat kita dijadikan media pembelajaran, mengapa kita tidak menggunakannya untuk membantu belajar anak didik kita? Jika barang-barang bekas bisa digunakan sebagai media pembelajaran, mengapa kita tidak memakainya?

Menurut Brinton di Celce-Murcia, ada dua definisi media yang sering digunakan orang. Definisi pertama adalah inovasi teknologi yang digunakan dalam pembelajaran yang biasanya berupa peralatan yang bersifat mekanis. Pengertian kedua adalah segala macam benda yang bisa bersifat mekanis, atau bisa buatan sendiri, atau bahkan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat digunakan dalam pembelajaran.

Jika kita melihat pengertian yang pertama, yang akan terjadi adalah asumsi bahwa media pembelajaran selalu membutuhkan biaya. Tapi, jika kita menggunakan definisi kedua, kita akan terpacu untuk membuat atau menemukan media baru yang bisa dipakai mengajar di kelas. Media tersebut bisa berupa realita, flashcard, gambar peristiwa dan objek, artikel, brosur, pamflet, atau bahkan hal dan benda baru yang belum pernah terpikirkan.

Contohnya, ada seorang guru di Surabaya yang berhasil menggunakan tutup botol kecap (kempyeng) untuk pembelajaran matematika. Contoh lain adalah penemu jarimatika, Septi Peni Wulandari, yang bisa menggunakan media jari-jari tangan untuk belajar berhitung. Ada banyak keuntungan yang didapatkan menggunakan media buatan sendiri. Yang pertama, kita dapat menyesuaikan tingkat kebutuhan peserta didik. Kedua, kita bisa memakainya kembali untuk kesempatan-kesempatan lain dengan menerapkan prinsip SOAR (sort, omit, add, recycle). Keuntungan yang ketiga adalah menghemat biaya alias murah meriah.

Contoh barang-barang bekas yang bisa dipakai untuk media pembelajaran adalah majalah/koran-koran bekas. Dari majalah atau koran bekas, kita bisa memperoleh gambar-gambar atau artikel yang bisa dipakai untuk belajar. Gambar-gambar peristiwa atau kartun-kartun lucu bisa mudah kita temukan di koran.

Di salah satu koran nasional di Jawa Timur misalnya, kita bisa menemukan rubrik Senyum Itu Sehat yang berisi gambar-gambar kartun tanpa caption. Gambar tersebut ternyata dapat dijadikan media pembelajaran bahasa yang efektif. Berikut ini adalah contoh media yang dibuat dari gambar-gambar yang didapatkan dari koran.

Dari gambar berseri di atas kita dapat membuat tiga macam versi media untuk pembelajaran bahasa Indonesia/Inggris. Yang pertama adalah dengan memotongnya begitu saja dari koran dan menempelkannya pada kertas warna untuk kemudian di laminating. Dari gambar berseri tersebut siswa dapat membuat cerita baik tulis maupun lisan. Selain itu guru juga dapat menggunakannya sebagai pancingan terhadap siswa untuk berbicara tentang isu-isu terkini.

Jika kita perhatikan, gambar-gambar tersebut mengangkat topik-topik hangat yang sedang ramai diperbincangkan, misalnya tentang banjir, flu burung, kecelakaan alat transportasi dan sebagainya. Yang kedua adalah dengan memotongnya secara terpisah-pisah sehingga membentuk kartu. Gambar-gambar tersebut kemudian ditempelkan pada kertas karton warna dan dilaminating.

Aktivitas yang dapat dilakukan dengan media gambar kartu adalah siswa dapat belajar berpikir logis untuk mengurutkan cerita. Sedangkan versi terakhir adalah dengan mengopi gambar dalam bentuk transparansi untuk OHP atau memindai dengan scanner untuk ditampilkan di LCD. Gambar tersebut kemudian ditampilkan sebagian dengan tujuan siswa dapat berimajinasi untuk menebak jalan/akhir dari sebuah cerita.

Contoh kedua adalah gambar peristiwa dan objek yang kita dapatkan dari koran/majalah bekas seperti contoh di bawah ini.

Dengan menampilkan gambar tersebut guru dapat mengarahkan siswa untuk berdiskusi tentang topik-topik tentang illegal logging atau tentang manfaat hutan bagi makhluk hidup. Tentunya masih banyak gambar-gambar lain yang dapat kita ambil dan disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Dengan begitu kita dapat menghemat biaya untuk mencetak gambar-gambar sekaligus memanfaatkan barang bekas sebagai bagian dari kepedulian terhadap lingkungan.

Paparan di atas adalah sebagian kecil contoh media murah meriah yang dapat dibuat sendiri oleh guru tanpa mengesampingkan peran pembuat media profesional yang hasil karyanya banyak tersedia di pasaran. Dalam hal ini tangan dan mata seorang guru haruslah aktif dalam arti yang positif. Aktif untuk melihat, memilih, memilah dan mengambil hal baru di sekitarnya yang sekiranya bermanfaat untuk perkembangan anak didik.

Inti semua itu, guru secara mandiri harus bisa menyiapkan media pembelajaran untuk membantu peserta didik belajar lebih efektif. Memang membutuhkan waktu untuk menyiapkan media pembelajaran. Tapi, yakinlah, waktu yang telah diinvestasikan untuk mempersiapkan media pembelajaran akan terbayar oleh hasil yang akan didapat. (*)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar